Apa yang Bisa Kita Kerjakan Seperti Sekarang ini?


COVID-19 yang menjadi focus pembicaraan di seluruh dunia karena daya efeknya terhadap penghasilan setiap orang sangat terasa. Daya beli masyarakat turun, PHK terjadi di semua lini. Gerakan ekonomi sangat melambat dan kalua tidak mau dikatakan diam. Kalaupun sebagian keluarga masih memiliki penghasilan, namun kondisi seperti sekarang ini memaksa harus mengatur keuangan dengan hati-hati karena tidak tahu sampai kapan virus Corona ini berakhir. Dunia kerja juga tidak kalah menakutkan.

Melonjaknya berbagai kebutuhan pokok di pasaran membuat banyak leuarga yang kalang kabut. Pendapatan tetap, atau malah hilang sama sekali, sementara kenaikan barang meningkat, sehingga ada semacam krisis di meja makan, begitu judul sebuah artikel di media massa menanggapi kenaikan barang-barang yang tidak terkendal itu. Jadi ingat dengan apa yang pernah disampaikan oleh Direktur Regional Economic Social Index (RESI) Agus Miftahurrusur, dua belas tahun lalu, tidak ada jalan lain dalam menghadapi kondisi seperti sekarang ini kecuali meningkatkan pendapatan keluarga. (Kompas 21 April 2008- edisi Jawa Timur) Caranya membuka usaha baru yang dapat dilakukan oleh ibu-ibu yang biasanya di rumah untuk membantu tambahan biaya keluarga. Jadi ada usaha untuk bekerja.

Masih berbicara soal bekerja. Ternyata bekerja itu dipandang dari sisi sosial, menjadi sebuah kewajiban yang harus dilaksanakan oleh manusia. Menurut sosiolog Max Weber, reformasi yang dicetuskan oleh Martin Luther dan kawan-kawannya itu yang kemudian dipertajam oleh Calvin itu telah memberikan semangat bagi orang Kristen Protestan untuk berusaha dan mengumpulkan modal. Dan itulah yang dimaksud Max Weber dalam bukunya yang terkenal Protestant Etict. Maksudnya adalah timbulnya reformasi itu memberi pemahaman bahwa bekerja itu sebagai suatu panggilan Ilahi.

Jadi kalau orang bekerja itu bukan hanya sekedar unrtuk mencari harta saja tetapi hal itu juga dianggap sebagai memenuhi panggilan Tuhan. Dengan kata lain kalau kita mau meminjam istilah iman, bekerja itu termasuk ibadah.

Sebenarnya dari reformasi Luther dan kawan-kawannya itu memiliki dampak yang sangat menolong begi terciptanya etos kerja masyarakat pada waktu itu. Dan ada 3 aspek dari prinsip etos itu, bahwa bekerja itu merupaan panggilan Tuhan yaitu, pertama, bila kita memang memenuhi panggilan Tuhan maka kita harus bekerja. Kedua, orang Kristen dipanggil untuk bekerja dengan rajin dan tidak bermalas-malasan. Dan ketiga, adalah hemat dengan apa yang sudah diperolehnya.

Tapi bagaimana dengan perkataan Tuhan Yesus dalam Matius 6:19-21 di mana dikatakan demikian, “Janganlah kamu mengumpulkan hart adi bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya.” Di sini tentu menyinggung sifat manusia yang egois yang kelewat kelebihan dengan tidak memperdulikan akhiratnya, dan tentu tidak perduli dengan sesamanya. Tetangganya kekurangan, melarat, tapi si pengumpul harta tidak mau perduli dan enggan menolongnya.

Tuhan Yesus mengecam manusia-manusia yang hanya memiliki orientasi kepada harta dunia dan kepentingan diri sendiri dengan tanpa perduli dengan kehidupanb di sekitarnya dan bahkan kehidupan setelah kematian.

Nah, dengan demikian jelas bahwa bekerja merupakan kodrat bagi manusia dan bahkan hal itu telah ditetapkan Tuhan sejak awal. Karena dengan manusia bekerja, maka ia akan menemukan jati dirinya sebagai manusia. Tetapi sebaliknya bula manusia tidak bekerja, maka yang dijumpai aalah kegelisahan, putus asa dan bahkan frustasi. Makanya Thomas Aquinas yang mengungkapkan bahwa manusia dengan bekerja berarti manusia itu diwujudkan dirinya sebagai pribadi. Manusia dapat menyadari dirinya dan kemudian diwujudkan potensinya yaitu melalui bekerja. Jadi selamat bekerja!

0 comments