Jangan Pernah Menyerah!

Dampak virus Corona terhadap ekonomi memang memiliki daya pukul yang tidak main-main. Kalau mau lebih disempitkan lagi bagaimana setiao orang disarankan untuk tidak beraktifitas di luar rumah bila tidak terlalu memaksa. Atau stay at home. Beberapa perusahaan dengan terpaksa harus melakukan Pemutusan Hubungan Kerja atau PHK karena tentu tidak seimbangnya antara pemasukan dan pengeluaran. Masih ingat beberapa waktu lalu di mana sebuah toko swalayan yang dulunya cukup ternama tapi dengan keterpaksaan harus tutup toko yang tentu karyawan harus juga berhenti bekerja. Intinya ekonomi benar-benar memprihatinkan.
Nah, tulisan saya dibawah ini terasa pas yang pernah dimuat di Berita GKMI Nomor 412 Tahun XXXV 2002 yang merupakan tulisan yang didorong oleh keprihatinan keadaan ekonomi masyarakat yang saat itu terasa berat. Tulisan sebenarnya sudah saya lupakan sampai suatu ketika saya bertemu dan terlibat perbincangan dengan seorang supir sebuah perusahaan kecil yang gajinya tidak seberapa. Menjadi supir merupakan pilihan terakhir ketika ia sudah tidak dapat berbuat apa-apa lagi kecuali akhirnya menjadi supir. Dahulu ia bekerja di sebuah perusahaan besar di Jakarta, dan kemudian dengan enaknya berpindah kerja di sebuah perushaan karoseri mobil, dan akhirnya karena perusahaan di mana ia bekerja itu harus gulung tikar dan ia akhirnya menjadi seorang supir. Perbincangan itu kembali mengingatkan saya dengan artikel ini sehingga saya memposting dan siapa tahu ini bisa berguna bagi siapa saja untuk melihat hari esok dengan lebih baik.

Sebuah kenyataan lain adalah salah satu hal yang sering menjadi pemicu terjadinya konflik di dalam keluarga khususnya antara suami dan istri adalah adanya kenyataan persoalan ekonomi yang dihadapi oleh keluarga. Tentu saja dalam hal ini mau tidak mau kita menghubungkan dengan persoalan yang terjadi di negeri ini yaitu persoalan ekonomi yang kian hari kian tidak kunjung berahir. Dan tidak menutup kemungkinan bahwa karena masalah ekonomi di dalam keluarga antara suami dan istri sering terjadi percekcokan.

Salah satu yang bisa menjadi persoalan adalah tekanan hidup oleh karena barang-barang semakin melambung tinggi, tapi sementara gaji tidak beranjak meninggi. Dan sang istri yang bertanggung jawab mengatur persoalan kebutuhan makan tidak tahu harus bagaimana mengaturnya. Kalau masih ada masukan untuk belanja keluarga, Puji Tuhan. Karena begitu banyak orang yang masih menganggur tanpa pekerjaan, sementara kebutuhan hidup tidak pernah berhenti. Walaupun pemerintah mengatakan bahwa angka pengangguran menurun, namun yang kita saksikan di kanan kiri kita begitu banyak orang yang masih bingung dengan pekerjaan.

Bila demikian apakah kita sebagai manusia merasa pesimis dengan kenyataan betapa sulitnya menghadapi hidup ini dan kemudian menyerahkan kepada nasib? Tentu tidak! Karena bagaimanapun tidaklah mungkin kita hidup tanpa bekerja, sebab sejak awal manusia diciptakan sebagai makhluk yang bekerja. Manusia tidak bisa hidup dengan ongkang-ongkang kaki dan hanya menantikan jatuhnya emas yang turun dari langit.

Sejak awal Tuhan telah memberi perintah dengan ungkapan, taklukkanlah, berkuasalah! (Kejadian 1:28). Bahkan Tuhan sendiri yang kita sebut sebagai Maha Kuasa dalam Perjanjian Lama, juga bekerja dengan ungkapan “bara” atau menciptakan. Sehingga dapat kita katakana bahwa manusia diciptakan Tuhan menurut gambar-Nya, yaitu Tuhan yang bekerja. Karena itu bekerja merupakan hakikat manusia.

Dengan bekerja kita dapat memenuhi semua kebutuhan sehari-hari, baik itu sandang, pangan, dan papan. Kalau boleh dibilang, bahwa di dunia ini untuk mempertahankan hidup tidak ada yang namanya Cuma-Cuma atau gratis. Manusia harus bekerja, tidak bisa tidak! Di dalam Alkitab sendiri sebenarnya banyak anjuran kepada kita untuk tidak hidup bermalas-malasan, dan sebaliknya bahkan tidak sedikit firman Tuhan yang mengecam mereka yang hidup dalam kemalasan.

Sekarang, ketika ekonomi tidak menentu, peluang kerja juga sedikit, maka kita harus lebih memeras otak untuk terus mencari penghasilan yang halal. Jadi persoalannya, sekarang bukan lagi, bukan tidak ingin bekerja, tapi harus bekerja di mana dan bagaimana caranya?  Ingatlah bahwa menyerah tidak akan memberi jalan keluar apa-apa. Tapi terus berusaha dengan apa yang ada di sekitar kita untuk kita lakukan akan lebih baik dari pada kita berserah diri saja tanpa ada usaha. Tuhan kiranya mempercepat musibah yang melanda dunia karena COVID-19 ini, sehingga hari-hari kita akan menjadi normal kembali. Semoga!

0 comments