Kenapa Tokoh Alkitab PL Poligami Kita Tidak? Bagian I


“Otoritas Negara Bagian Texas, Amerika Serikat, memindahkan lebih dari 400 anak, dari sebuah kompleks peternakan terpencil tempat sekte poligami tinggal, (Selasa (8/4/2008), ke benteng tua milik Angkatan Darat AS. Diperkirakan, anak-anak tersebut mengalami pelecehan seksual dan fisik.” Itulah kepala berita yang diturunkan oleh Harian Kompas tanggal 9 April 2008 lalu. Menurut berita tersebut, sekte tersebut dipimpin oleh Warren Jeffs, yang saat ini dihukum seumur hidup karena terlibat pemerkosaan dan pelecehan seksual di beberapa negara bagian. 

Dalam tulisan tersebut diceriterakan banyak pelecehan seksual yang terjadi di dalam kelompok tersebut, dan juga pelecehan secara fisik. Sekte ini sebenarnya sebuah kelompok yang memisahkan diri dari gereja Mormon, sekitar seabad lalu, saat gereja itu menghapus praktek poligami.

Artikel ini tentu saja bukan bermaksud mengangkat sebuah kontroversi mengenai poligami itu sendiri, karena tulisan ini akan berangkat dari sudut pandang kekristenan yang didasarkan kepada Alkitab.

Poligami, ehm, tentu saja berbicara masalah ini maka akan muncul pertanyaan yang sering kita dengar. Dalam Perjanjian Lama praktek poligami bukanlah sesuatu yang asing, dan bahkan tokoh-tokoh Alkitab yang sering kita sebut-sebut dalam kehidupan Kristen seperti Daud, atau kalau kita menuju ke belakang sejarah yaitu Abraham, Yakub melakukan praktek poligami ini. Tentu saja artikel inipun tidak akan terpancing dengan pertanyaan-pertanyaan tersebut untuk diperdebatkan. Walaupun artikel ini juga diharapkan bisa menjawab pertanyaan tersebut.

Pembahasan artikel ini akan difokuskan kepada dampak dari praktek poligami itu terhadap perkawinan pelaku-pelakunya. Tentu saja saya tidak akan melihat contoh-contoh keluarga yang melakukan poligami di jaman kini, karena kita tentu saja tidak tahu yang sebenarnya. Tapi yang akan kita lihat adalah dampak poligami yang dilakukan oleh tokoh-tokoh Alkitab terhadap kebahagiaan keluarga mereka. Karena Alkitab sudah menjelaskan kepada kita persoalan-persoalan apa yang dihadapi karena adanya poligami itu.

Sebagai langkah awal mari kita melihat bagian penting mengenai sebuah perkawinan itu. Satu ayat yang sering dikutip ketika berbicara masalah perkawinan yaitu dari Kejadian 2:24. sebagai korelasi dari ayat ini sampai disebutkan sebanyak tiga kali dalam Perjanjian Baru yang berarti betapa pentingnya persoalan ini disebutkan did alam Matius 19:5, Markus 10:7 dan Efesus 5:31. Supaya lebih jelas kita akan melihat satu persatu ayat-ayat tersebut supaya menjadi jelas maksudnya.

Kejadian 2:24
“Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging.”

Kemudian Matius 19:15,
“Dan firman-Nya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging.”

Markus 10:7-8

“sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu.”

Dan Efesus 5:31
“Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging.”

Ayat yang menjadi focus kita untuk melihat sebuah pernikahan itu kita khususkan dari Kejadian 2:24 “Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging.” Tentu saja tidak ada kata cerai di dalam ayat tersebut, namun di dalam makna yang terkandung di dalamnya tentu saja kita bisa menarik kesimpulan sementara bahwa “menjadi satu daging” itu bermakna tidak dapat dipisahkan. Markus mengutip ucapan Tuhan Yesus dengan mengatakan “Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu.”

Nah, penjelasan selanjutnya adalah ketika kita memutuskan untuk menikah maka kita harus siap untuk berkomitmen menjadi satu antara “Engkau dan Aku”. Tidak ada istilah “Antara aku dan engkau serta dia”. Tetapi komitmen untuk menjadi satu daging itu antara dua orang bukan tiga orang dan seterusnya. Inilah yang disebut oleh Volkhard & Gerlinde Scheunemann dalam buku mereka berjudul “Hidup Sebelum dan Sesudah Nikah” harus mengikuti peraturan dan petunjuk yang berlaku di dalam pernikahan itu sendiri. Siapa pembuat peraturan itu? Tuhan sendiri yang menciptakan pernikahan dan kita harus tunduk juga dengan aturan-Nya. Follow intructions of the maker.

Peraturannya bagaimana? “Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging”

Lalu bagaimana kalau peraturan dan petunjuk itu dilanggar? Maka tentu saja akan ada konsekuwensi yang harus dihadapinya. Dan konsekuwensi itu telah banyak dialami oleh tokoh-tokoh Alkitab yang telah melakukan poligami dan hal ini akan kita lihat dalam pembahasan berikutnya di bagian lain.
Nur Wadik

0 comments