Bagaimana Kelanjutan Ibadah Di Rumah Setelah New Normal?

 

Setelah beberapa waktu kita memasuki masa-masa di mana sebagian kita diminta untuk melakukan tiga hal penting untuk memutus rantai penyebaran COVID-19 dengan cara Bekerja di Rumah, Belajar di Rumah.

Namun tampaknya perkembangan jumlah virus Corona mulai menurun, malah kecenderungannya jumlah orang yang positif terinfeksi terus membaik. Walau demikian kita diminta tetap mematuhi anjuran pemerintah dan disiplin menjalankan semua protocol kesehatan yang sudah diberikan oleh pemerintah untuk kita laksanakan dalam kehidupan sehari-hari untuk memutus rantai penularan virus Corona tsb, seperti selalu mencuci tangan dengan sabun, menggunakan masker di ruang tertutup seperti yang disampaikan dalam Anjuran Presiden

Makanya beberapa daerah akhirnya menyudahi Pembatasan Sosial Berskala Besar PSBB karena keadaannya semakin membaik. Namun demikian rupanya situasi di mana setiap orang tidak bisa selalu tinggal di rumah akan mempengaruhi stabilitas ekonomi masyarakat. Kehidupan ini harus terus berjalan sehingga Presiden Jokowi memberi aturan baru yang melegakan. 

Kita berharap pandemi akan berubah menjadi endemi di mana kita bebas dari CIVID-19 dan kita memasuki masyarakat yang tidak lagi dihantui oleh berbagai ketakutan karena pandemi tersebut.

Namun tertarik menyoroti mengenai ibadah di rumah secara khusus bagi kita orang Kristen seperti yang sudah dicoba untuk dilakukan oleh gereja dengan berbagai versi. Awalnya banyak gereja mencari format untuk melakukan praktek ibadah di rumah dengan beberapa macam bentuk. 

Ada yang melakukannya dengan cara ibadah secara online dengan menggunakan alat bantu seperti Zoom, atau Google meet, atau juga melalui ibadah yang dibantu oleh Youtube, atau juga melalui siaran radio, juga melalui ibadah sendiri di rumah dengan bantuan pendeta yang berkunjung, bila jemaatnya sedikit dan banyak bentuk lain untuk melakukan praktek ibadah di rumah.

Saya rasa, sebagian kita orang Kristen mendapatkan format untuk melakukan ibadah di rumah dengan caranya. Mengenai persembahanpun juga beragam cara dilakukan dalam pengumpulan dananya. 

Ada yang melalui transfer, tapi juga ada yang diminta untuk mengumpulkan sendiri setiap keluarga lalu diberikan kepada gereja untuk mengelolanya. Semuanya mulai tertata. Tapi, apakah beribadah di rumah sudah mulai mendapatkan kenyamanannya, sehingga ketika masuk ke masa sekarang kita sudah lebih baik, tapi belum perlukah untuk bangun dari kenyamanan ibadah di rumah itu?

Setidak-tidaknya itulah yang menjadi kegelisahan beberapa hamba Tuhan dalam sebuah diskusi ketika orang Kristen mulai mendapatkan ruangan khusus beribadah yaitu di rumah. Karena jangan sampai kenyamanan itu membuat jemaat akan merasa cukup, beribadah di rumah saja. 

Bukankah semuanya bisa berjalan dengan baik-baik saja, dan semua ibadah berjalan dengan lancar yang bisa dilakukan di rumah? Jadi, tidak perlu lagi datang beribadah di gedung gereja. Kita sudah membeli alat-alat pendukung untuk bisa membantu terciptanya melakukan ibadah di rumah. Apalagi muncul argumen, bukankah gereja itu katagorinya sekumpulan orang, bukan gedung?

Tentu saya tidak mengajak kita semua besok Minggu kita akan berbondong-bondong datang ke gereja dan melakukan ibadah secara bersama-sama, apalagi masih dalam kondisi sekarang ini. Tapi maksud saya adalah, bagaimana kita akan kembali melakukan kebiasaan kita dalam beribadah bersama-sama sesudah COVID-19 diketemukan vaksinnya, dan kembali ke kehidupan normal?

Sekarang mari kita melihat sejenak kepada kemunculan jemaat mula-mula di mana sudah menjadi pola di mana mereka bertekun berkumpul untuk untuk memecahkan roti dan berdoa Kisah Rasul 2:24. Sementara dalam Kisah Rasul 5:12 dinyatakan, "Semua orang percaya selalu berkumpul  di Serambi Salomo dalam persekutuan yang erat." Esensinya adalah bukan hanya sekedar untuk berkumpul di gereja dalam ibadah, tapi jauh lebih penting adalah memecahkan roti yang bisa memiliki arti kepedulian satu dengan yang lain dalam ibadah itu sendiri. Kedekatan antar orang percaya juga menjadi faktor kebutuhan orang Kristen yang tidak bisa disepelekan. 

Jadi dalam berkumpulnya jemaat Tuhan di gereja, dua hal yang menjadi inti dari pertemuan itu sendiri yang tidak boleh diabaikan. Yang pertama, pertemuan itu memang memiliki keinginan kuat untuk bersama-sama beribadah kepada Tuhan sebagai cara bagaimana kita mengasihi Tuhan. Kedua, dalam bertemu kita tidak boleh melupakan bagaimana kita memperhatikan orang lain sebagai bentuk kita mengasihi kepada sesama. (Matius 22:37-40) Kalau keduanya terpenuhi maka ibadah di gereja menjadi sebuah kebutuhan di mana kita menjalankan hukum Tuhan yang paling inti yang kita ungkapkan dalam ibadah bersama sebagai panggilan Allah.

0 comments