Cara Menemukan Potensi dan Talenta Kita


Setiap orang diberikan kelebihan untuk bisa bertahan hidup. Hanya terkadang ada orang yang sulit menemukan kelebihan dirinya dan talentanya. Mencari potensi dan talenta atau talent diri bisa dirasa, bisa dicoba dan bisa dipraktekkan. Dan akhirnya menjadi kebiasaan, akhirnya menjadi keahlian.

Keahlian seseorang tidak didapat dalam semalam. Ia akan melalui proses yang bisa panjang tapi juga dalam waktu tertentu. Melatih dan terus mencoba menjadi kata kunci sebuah penemuan kelebihan dan talenta diri. Bila sudah ditemukan maka langkah lanjutannya adalah terus berlatih. Ibaratnya orang belajar menyetir mobil yang pada akhirnya lihai berkendara. Semuanya dilalui dengan proses.

Kegagalan bukan akhir segala-galanya, tapi kegagalan adalah sebuah usaha berburu talenta dan kelebihan diri sampai kita menemukan dan merasakan dengan jelas diriku diberikan Tuhan dengan kelebihan ini dan itu. 

Menjadi tua itu pasti, tetapi menjadi dewasa adalah pilihan. Pernyataan tersebut sangat tepat karena umur tidak dapat menjadi patokan untuk menentukan sudah atau belum dewasanya seseorang. Orang yang sudah tua belum tentu dewasa, tetapi orang yang masih muda bisa saja bersikap dewasa. 

Sikap dewasa itu akan sangat menentukan ketika menemui orang-orang dengan berbagai macam karakter dan saat menjalin hubungan dengan mereka. Sikap dewasa adalah sikap yang peka dan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan, di mana pun ia berada. Kita mampu bersikap supel dan mudah bergaul dengan siapa pun tanpa mengubah kepribadian kita Orang yang bersikap dewasa juga ditunjang oleh penampilan, tetapi penampilan yang tampaknya dewasa itu akan lebih baik jika diimbangi dengan sikap dewasa dalam diri kita.

Sikap dewasa pasti memiliki kharisma, tetapi bukan berarti orang yang pendiam dapat dikatakan lebih dewasa daripada orang yang ceria. Sikap dewasa tentu selalu berbicara menggunakan kata-kata positif, membangun, menyemangati, bahkan mewartakan tentang kebaikan Tuhan. 

Menjadi dewasa juga bukan berarti merasa lebih pintar, bersikap menggurui, dan pendapatnya benar. Sikap dewasa tentu tidak mementingkan diri sendiri atau egois seperti anak-anak, tetapi rendah hati dan menganggap yang lain lebih utama dari dirinya. Secara mudah kita bisa mengukur kedewasaan kita. Apakah kita masih kanak-kanak atau sudah dewasa? Kedewasaan seseorang dapat dilihat dari sikap dan pola pikir kita.

Banyak orang sudah merasa puas dengan kualitas kerja yang baik. Ketika seseorang sudah merasa baik, ia tidak akan pernah mengembangkan diri untuk mencapai yang terbaik. Apa yang menyebabkan seseorang hanya puas dalam kualitas kerja yang cukup baik, namun tidak pernah mengembangkan diri untuk mencapai produktifitas yang maksimal.  Semuanya tergantung seberapa besar kita mencintai pekerjaan kita. Semakin kita mencintai pekerjaan kita maka kita akan melakukan pencapaian yang luar biasa.

Masalahnya, bagaimana kita bisa mencintai pekerjaan kita? Sebab nyatanya tidak semua orang yang bekerja memiliki kecintaan terhadap pekerjaan yang dilakukannya, melainkan bekerja hanya sebagai sebuah kewajiban saja. Untuk mencintai pekerjaan memang bukan hal yang mudah. Namun paling tidak kita bisa mulai melakukannya dengan memiliki sikap sungguh-sungguh dan serius terhadap pekerjaan kita. 

Semakin kita mendalami dan semakin kita serius, maka akan tumbuh rasa cinta terhadap pekerjaan kita. Dan sebagai orang percaya, satu hal yang harus kita ingat adalah bahwa pekerjaan atau aktivitas apapun yang kita lakukan adalah kita lakukan untuk kemuliaan Tuhan.

Bagaimana kita dapat memaksimalkan potensi diri kita jika kita tidak mengerti siapa diri kita sebenarnya? Bagaimana kita dapat memaksimalkan potensi diri kita jika kita selalu memandang rendah diri kita sendiri? 

Tuhan sebenarnya sudah menaruh potensi-potensi dalam diri kita, hanya kadang kita sendiri yang membuat pembatas agar potensi kita tidak berkembang. Buang pembatas itu, dan mulailah terbang tinggi. Jangan pernah takut untuk mengembangkan talenta-talenta kita, katakan bahwa kita pasti bisa.

Mungkin ada yang masih bingung dengan potensi diri dan talentanya atau juga bingung bagaimana cara mengembangkannya. Jika masih bingung dengan potensi kita, carilah terus. 

Mari bertanya pada diri kita, apa yang kita suka yang dapat kita kembangkan. Jika ada yang senang bernyanyi saat mandi, kita bisa ikut paduan suara di gereja ataupun singer untuk mengembangkan potensi diri kita. Jika kita  suka menulis, bisa ikut dalam pelayanan buletin atau mading gereja. Jika suka foto-foto, bisa juga bikin team sama teman-teman yang sehobi buat mendokumentasi acara-acara gereja. Dan masih banyak lagi yang bisa dikerjakan. Mulailah dari yang kecil karena saat kita setia dengan perkara kecil, Tuhan akan menaruhkan tanggung jawab dalam perkara yang lebih besar.

Yohanes 15:1-2 mengatakan “Akulah pokok anggur yang benar dan BapaKulah pengusahanya. Setiap ranting padaKu yang tidak berbuah, dipotongNya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkanNya, supaya ia lebih banyak berbuah.” Pohon anggur digunakan oleh Tuhan Yesus untuk menggambarkan seperti apa kehidupan kita dan hubungannya dengan Dia. 

Agar dapat tumbuh dengan baik, maka kita juga membutuhkan perawatan dari Tuhan Yesus agar menghasilkan buah-buah rohani yang berkualitas sehingga dapat dinikmati oleh banyak orang. 

Bagaimana agar kita bisa bertumbuh dan mengembangkan talenta yang kita miliki yaitu: 

  • kita harus rela dibersihkan oleh Tuhan seperti pohon anggur, agar kita dapat menghasilkan buah roh yang dikehendaki oleh Tuhan. 
  • Yang kedua adalah kita harus tetap dekat dengan Tuhan. Tetap berdoa dan merenungkan firman Tuhan akan membuat kita tetap melekat pada Tuhan dan menghasilkan buah-buah roh dalam kehidupan kita.

Pada dasarnya kita semua diciptakan Tuhan dengan multitalenta. Setiap kita memiliki potensi yang besar karena ada tertulis dalam Kejadian 1:27 “Maka Allah menciptakan manusia menurut gambarNya.  Maka sekarang yang kita butuhkan adalah kemauan untuk mengembangkan talenta dan potensi yang kita miliki sesuai dengan kehendak Tuhan sehingga kita mampu berbuah dan menjadi berkat bagi orang lain.

Artikel ditulis oleh Monika Oedjoe untuk program Radio Wanita untuk Wanita

0 comments