Adakah Aku Berguna Bagi Manusia Lain?

Menjadi berguna bagi orang lain adalah kemuliaan. Hingga patut kita bertanya sejauh mana aku berguna kepada manusia di sekitar kita?

M
anusia adalah makhluk sosial yang selalu berinteraksi dengan orang lain. Di rumah, di sekolah, pasar, kantor, dan diberbagai tempat lainnya. Kebutuhan manusia untuk berinteraksi sama pentingnya dengan kebutuhan primer lainnya. 

Karena itu manusia tidak bisa hidup normal tanpa orang lain, mereka akan saling membutuhkan, memberi dan diberi, menghargai dan dihargai, serta sederet aktivitas sosial yang lain. Semuanya itu untuk memenuhi kebutuhan sosial, dan aktivitas sosial yang kita lakukan seharusnya bias memberikan manfaat kepada orang lain. 

Menjadi pribadi yang bermanfaat bagi orang lain adalah impian setiap orang, termasuk saya tentunya. Karena kita hidup didunia sosial, kebermanfaatan kita bagi orang lain adalah sebuah hal yang sangat positif. Besarnya manfaat kita kepada orang lain akan bias menjadikan kita pribadi yang lebih baik, lebih berkembang, lebih kuat dan lebih bersemangat tentunya.

Kita hidup di dunia ini dengan waktu yang sangat singkat. Itu telah menandakan, bahwa hari-hari yang kita lewati ternyata sangat cepat. Dengan cepatnya waktu ini, masihkah kita santai-santai? Masihkah kita ingin melakukan hal yang sia-sia? Tentunya tidak. Lalu apa yang kita harus lakukan? 

Kita sebagai manusia sejatinya harus berguna. Berguna bagi siapa? Bagi diri sendiri, keluarga, teman, dan lingkungan. Banyak cara bisa kita lakukan untuk saling memberi manfaat kepada orang lain. Yang paling mendasar adalah melakukan setiap kewajiban kita sendiri dengan baik, dengan benar, sehingga tidak terlalu bergantung ataupun merepotkan orang lain. Bahkan justru kita bisa membantu orang lain. Mungkin tidak secara langsung memberi manfaat kepada orang lain, tapi cukuplah menjadi dasar kita untuk berinteraksi dengan orang lain.

Banyak juga orang tergerak untuk melakukan kebaikan, menunjukkan kepedulian bagi mereka yang lemah dan tak berdaya. Tapi sayangnya, khususnya di tengah situasi bencana, kepedulian tak jarang menjadi komoditas persaingan untuk menonjolkan keunggulan masing-masing. Padahal, tanpa didasari oleh ketulusan, kepedulian kita menjadi sia-sia. Terlebih lagi jika motivasi kita sekadar mencari eksistensi diri, pujian, bahkan keuntungan.

Saat pamrih yang diharapkan tak juga diraih, kita berhenti berbuat baik karena kecewa dan merasa rugi. Banyak juga di antara kita yang seringkali silau dengan segala macam gemilangnya sebuah ketenaran. Kita kemudian jadi sering berpikir bahwa kalau kita terkenal, barulah diri kita itu bernilai dan berarti dihadapan teman dan keluarga kita serta lingkungan dimana anda dan saya berada. Tidak jarang pula kita berpikir bahwa dengan menjadi orang ngetop dan terkenal, kita mampu berguna dan membuktikan bahwa hidup kita ini sekarang telah berguna dan berhasil.

Artikel ditulis oleh Monika Oedjoe untuk program Radio Wanita untuk Wanita

0 comments