Cara Efektif Memberi Hukuman kepada Anak


Setiap tanggal 29 Juni kita memperingati Hari Keluarga Nasional. Sementara tema yang diangkat tahun ini adalah "Ayo Cegah Stunting Agar Keluarga bebas Stunting."

Stunting adalah kegagalan pertumbuhan anak akibat kekurangan gizi dalam waktuseribu  seribu hari pertama perkembangan anak. Efeknya cukup panjang bagi perkembangan selanjutnya bagi anak tersebut. Tema stunting ini cukup penting yaitu bagaimana keluarga bisa mencegah sejak dini stunting supaya sejak dini bisa dicegah.

Namun demikian tulisan ini akan berbicara mengenai perkembangan selanjutnya dari anak yang menjadi tanggung jawab orang tua yang sudah diberikan amanah untuk memelihara dan membesarkannya. Karena jangan sampai kita sudah bebas dengan stunting tapi pendidikan selanjutnya perlu menjadi perhatian kita semua.

Kesabaran dalam mendidik anak-anak kunci keberhasilan membimbing mereka menuju masa depan. Dalam mendidik anak-anak, ada beberapa pendekatan yang dapat dilakukan. Tujuannya, hukuman bisa efektif.

Pendekatan preventif merupakan pendekatan yang paling efektif. Pendekatan preventif lebih memfokuskan bagaimana cara orang tua dalam mendidik anak dengan baik dan benar, sehingga bisa mencegah hal-hal yang negatif. Memberikan contoh dan teladan yang baik adalah tugas kita sebagai orang tua. Kita harus memberikan contoh perkataan, perbuatan yang baik, sehingga mental perkembangan anak sudah terbiasa dengan kata-kata yang sopan dan tingkah laku yang positif.

Perubahan tingkah laku anak tidak serta merta timbul dengan sendirinya melainkan merupakan proses yang dipengaruhi oleh lingkunganya seperti keluarga, teman-teman maupun melalui media seperti televisi ataupun internet. Tugas orang tua adalah mencari dan merubah pengaruh jelek itu dan menggantinya dengan pengaruh yang positif. Dalam menghadapi anak yang nakal dan keras hati, sikap kita juga tidak boleh keras. Nada bicara yang halus dan lembut akan lebih baik dan mengena sehingga mereka merasa nyaman dan mau mendengarkan nasehat kita. Cara halus ini lebih efektif daripada dengan cara memarahi mereka

Ada beberapa pendapat juga bahwa anak yang nakal harus mendapatkan hukuman agar jera, benarkah? Pada dasarnya hukuman adalah konsekuensi dari perbuatan anak. Mengajarkan anak-anak tentang hubungan sebab akibat. Melatih mereka untuk berpikir, memilah dan memilih perbuatan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Memberikan hukuman fisik hendaknya merupakan alternative terakhir bila kita sudah tidak bisa lagi mengontrol tindakan anak-anak. Tetapi hendaknya hukuman fisik tidak dilandasi dengan kemarahan melainkan sebagai bagian dari rasa sayang dan cinta kepada anak kita. Tidak setiap anak bisa dihukum dengan cara yang sama.

Hukuman atau pendisiplinan adalah bagian dari pendidikan. Tidak menghukum anak yang melakukan kesalahan, berarti tidak sedang mendidik anak dan tidak mengasihi anak. Tujuan dan fungsi hukuman adalah untuk menekankan peraturan secara lebih sungguh-sungguh. Fungsi hukuman adalah untuk menegaskan peraturan, untuk menyatakan kesalahn, untuk menyadarkan seseorang yang berada di jalan yang salah dan meninggalkan jalan tersebut. Hukuman juga berguna untuk seseorang belajar untuk mau taat pada peratran yang berlaku. 

Ada beberapa cara agar hukuman menjadi efektif:

  1. Adil, artinya memberikan hukuman sesuai dengan usia dan kesalahan yang telah diperbuatnya. Oleh karena itu sebelum menghukum, orang tua hendaknya mendengarkan terlebih dahulu alasan dari si anak serta mencari bukti-bukti terlebih dahulu.
  2. Konsisten, artinya bila memang telah melakukan kesalahan dan melanggar peraturan yang telah ditetapkan, harus diterapkan hukuman yang sama
  3. Tidak mengumbar amarah, menghukum dengan mengumbar amarah dapat menimbulkan rasa amarah dan dendam pada anak-anak. Mereka dapat tumbuh dengan sifat yang keras mencontoh sikap kita pada saat marah. Mereka bisa saja merasa bahwa kita tidak menyayangi mereka.

Sikap pemberontakan, liar, nakal bisa saja terjadi karena anak tidak pernah ditegor, tidak pernah didisiplinkan dan dimanja.  Banyak anak bertingkah nakal di sekolah untuk mencari perhatian karena di rumah dibiarkan saja oleh orang tuanya apapun yang dia perbuat. 

Dengan menghukum dan mendisiplinkan berarti kita juga mengasihi dan memperhatikan anak kita. Selain menetapkan peraturan, tak ada salahnya jika orang tua juga menjadi pendengar yang baik bagi sang anak, karena salah satu penyebab kenakalan anak adalah kurangnya perhatian dan tidak memiliki tempat untuk bercerita atau curhat.

Disiplin ataupun hukuman bagaimanapun bentuknya haruslah didasarkan pada kasih. Bila hukuman dijatuhkan dengan emosi akan melukai anak secara fisik dan psikisnya. Disiplin yang baik, tepat dan berguna adalah yang menghasilkan rasa hormat anak kepada orang tua. Hal ini dapat terjadi bila terjalin komunikasi yang baik antar anggota keluarga. 

Bahasa yang sopan dan ramah adalah cara yang efektif untuk membangun komunikasi yang baik di dalam keluarga. Dan hal yang perlu kita ingat adalah jangan lupa untuk memberi penghargaan dan pujian bila anak meminta maaf atau melakukan hal-hal yang benar.

Firman Tuhan dalam Amsal 29:17 mengatakan “Didiklah anakmu, maka ia akan memberikan ketentraman kepadamu dan mendatangkan sukacita kepadamu.” Sahabat wanita khususnya para ibu, anda memiliki anak yang nakal? Jangan berkecil hati, anak yang dikatakan nakal umumnya adalah anak yang cerdas, dengan arahan yang tepat mereka suatu hari nanti justru akan membuat kebanggaan dalam hal prestasi. Mari kita mendidik anak-anak kita dengan penuh kesabaran dan sukacita, agar mereka bertumbuh menjadi pribadi-pribadi yang sesuai dengan kehendak Tuhan.

Artikel ditulis oleh Monika Oedjoe untuk program Radio Wanita untuk Wanita

0 comments