Ngaca Dong!


Bagaimana kita bisa melihat diri kita yang sebenarnya? Secara fisik tentu kita bisa melihat bayangan kita. Tapi bagaimana dari segi seluruh eksistenti kita secara utuh? Untuk mengetahui keduanya ada sebuah alat penting yang kita butuhkan.

Tahukah anda bahwa ada satu benda yang hampir pasti selalu ada dalam tas para wanita. Apakah itu? Cermin. Cermin merupakan sahabat setia kaum wanita. Bahkan mungkin bukan kaum wanita saja, kaum pria atau bahkan anak-anak pun juga senang bercermin. Bangun tidur bercermin, habis mandi bercermin, setelah berpakaian bercermin, berdandan juga pasti bercermin. Mau keluar rumah juga tentu bercermin. Itu baru pagi hari, belum siang sampai malam harinya. Wah bisa jadi tak terhitung yang berapa kali kita bercermin dalam satu hari.

Bisakah kita melihat diri kita sendiri? Kita akan bisa melihat diri sendiri ketika berdiri di depan cermin. Cermin akan memantulkan gambaran diri kita, namun bayangan yang terbentuk bersifat terbalik. Bila kita mengenakan gelang di sebelah kiri, maka di dalam cermin akan tampak mengenakan di sebelah kanan. Sebelum cermin ditemukan, manusia telah menggunakan air dan logam tertentu untuk memntulkan wajah atau penampilan mereka. Tujuannya agar dapat mengamati diri sendiri, lalu mengadakan perbaikan yang diperlukan. Semakin terang cermin yang dipakai, semakin jelas bayangan yang dipantulkannya.

Kita mengenal Looking Glass Self yang dicetuskan oleh Charles Horton Cooley yang menjabarkan bahwa seseorang bercermin kepada masyarakat yang menilai dirinya seperti apa. Perkataannya, pandangannya dan tindakannya yang dicetuskan oleh masyarakat.

Bagaimana kita bisa melihat perbuatan dan tingkah laku kita sehari-hari? Kita sebenarnya memiliki cermin hidup. Orang-orang di sekitar kitalah yang akan menjadi cermin dari setiap perbuatan dan tingkah laku yang telah kita lakukan. Kita tidak mampu menilai diri kita sendiri karena orang lainlah yang bisa merasakan apa yang kita lakukan kepada mereka. 

Saat kita menabur kasih kepada sesama, maka kasih itu akan terpantul dan kembali kepada diri kita. Saat kita menabur berkat, maka berkat itu suatu saat akan kembali kepada kita. Sebelum menuntut orang lain untuk berubah, akan lebih baik jika kita melakukan perubahan terhadap diri sendiri. Saat kita berubah menjadi lebih baik, orang lain akan  melihat dan belajar dari perubahan kita secara nyata.

Sebagian besar dari kita pasti tahu cerita tentang Putri Salju, atau bahkan kita suka menonoton filmnya pada waktu kecil. Yang salah satu bagian ceritanya adalah ibu tiri dari Putri Salju yang memiliki cermin ajaib yang dapat memperlihatkan gambaran dari Putri Salju. Sayangnya cermin yang saya dan anda miliki bukanlah cermin ajaib. Jadi setiap kali kita bercermin pasti yang kita lihat adalah gambaran diri kita. Justru malah aneh dan ngeri juga ya jika yang terlihat adalah gambaran diri orang lain.

Firman Tuhan juga berfungsi sebagai cermin. Fungsi utama cermin adalah menolong kita memperbaiki diri dengan menunjukkan bagaimana kondisi kita yang sebenarnya. Begitu pula firman Tuhan yaitu Alkitab. Tuhan akan menyingkapkan kesalahan kita melalui firmanNya dan memberi kita kuasa untuk meperbaikinya. 

Tapi tahukah anda bahwa kita semua ini adalah cermin Tuhan. Kalau kita cermin Tuhan berarti seharusnya kita mencerminkan gambaran dan sifat-sifat dari Tuhan. Bahkan juga kita dijadikan menurut gambar dan rupa Allah. Pertanyaannya adalah cermin seperti apakah diri kita ini? Bila kita merupakan cermin yang utuh dan mengkilap tentu saja kita dapat mencerminkan kemuliaan Tuhan. Tetapi jika kita merupaka cermin yang utuh namun kusam, kita perlu memolesnya. Caranya adalah dengan mengubah pikiran kita untuk selaras dengan Tuhan, memoles diri kita menjadi sesuai dengan yang Tuhan mau.

Tetapi bagaimana jika kita adalah cermin yang retak atau bahkan hancur??? Apakah sudah tidak ada harapan lagi bagi kita? Jangan kuatir, selalu ada pengharapan dalam Tuhan karena betapapun Tuhan itu baik. Tuhan akan menerima kita dengan tangan terbuka apapun kondisi kita, dan Dialah yang akan memulihkan kita, menjadikan kita cermin yang sempurna sehingga kita dapat memancarkan kemuliaanNya.

Artikel ditulis oleh Monika Oedjoe untuk program Radio Wanita untuk Wanita

0 comments