Perlukah Membicarakan HUB Sebelum Menikah?


Membicarakan HUB (hubungan suami dan istri) sebelum menikah apakah dianggap perlu karena jangan sampai ketika pernikahan sudah terjadi dan ada masalah dengan aktifitas intim maka tinggal dibicarakan dengan mudah. Tapi mungkinkah membahas hubungan ranjang sebelum menikah, dan dari mana memulainya?

Mengingat masalah HUB ini masih dianggap tabu untuk dibicarakan oleh pasangan karena urusan ranjang dianggap wilayah pribadi yang sulit untuk diungkit ke permukaan. Maka sering kali ketika ada persoalan yang menyangkut urusan ranjang ini beberapa pilihan diambil. Saling diam, bisa muncul ketidakpuasan, dan bahayanya bila didiamkan bisa saja mencari kepuasan di samping pasangannya. 

Walaupun hubungan intim bukan satu-satunya penentu kebahagiaan suami istri namun urusan yang satu ini bisa mengganggau keharmonisan keluarga bila terjadi persoalan. Karena urusan HUB dianggap tabu untuk diangkat dan dianggap 'tidak penting' untuk dibicarakan termasuk oleh pasangan calon suami istri maka persoalan yang satu ini dianggap 'soal belakangan'. 

Mungkin untuk urusan hubungan intim ini banyak informasi yang bisa dicari secara diam-diam oleh calon pasangan. Baik itu melalui buku-buku yang bertebaran di toko buku maupun e-book di dunia digital maupun melalui searching di internet perihal ini. Artinya bila hal tersebut dianggap penting bisa saja masing-masing pasangan menggali informasi sepihak.

Apa yang Perlu Dibicarakan dalam Soal HUB Sebelum Menikah?

Kita mengenal bimbingan pranikah, yaitu sebuah panduan, pembimbingan, penyuluhan untuk mempersiapkan mental pasangan ketika memasuki rumah tangga. Hal ini dilakukan sebelum pasangan memasuki ke jenjang pernikahan terkadang pasangan mendatangi orang yang dianggap sanggup untuk membimbing dalam banyak hal. Bahkan lembaga keagamaan seringkali juga memiliki peran untuk mengarahkan berbagai hal yang berhubungan dengan rumah tangga. 

Hanya saja lembaga keagamaan memberikan saran dan masukan yang sifatnya normatif. Bimbingan sifatnya menyiapkan mental spritual agar pasangan ketika masuk dalam pernikahan bisa mengatasi berbagai persoalan yang datang menimpa keluarga mereka. Tujuan besarnya supaya mereka bisa menjadi keluarga yang bahagia, sejahtera. 

Materi yang disampaikan bisa dalam bentuk arahan. Mengutip salah satu materi bimbingan calon pengantin dari Kemenag Pacitan misalnya menyebutkan ada 8 materi wajib dalam materi tersebut, yaitu, Membangun landasan keluarga sakinah, kedua merencanakan perkawinan yang kokoh menuju keluarga sakinah, ketiga, dinamika perkawinan, keempat, kebutuhan keluarga, kelima, kesehatan keluarga, keenam membangun generasi yang berkualitas, ketujuh, ketahanan kekluarga dalam menghadapi tantangan kekinian dan kedelapan, mengenali dan menggunakan hukum untuk melindungi perkawinan keluarga.

Secara khusus pembicaraan masalah seks sebelum pernikahan tentu masalah-masalah yang bisa menjadi pemicu persoalan dalam masalah HUB. Sebagai contoh kecil soal perawan dan tidak perawan. Masalah ini bagi sebagian orang bisa menjadi pemicu karena bukan persoalan perawan atau tidak perawan, tapi berhubungan dengan mantan-mantan pacar yang pernah menjalin kasih dengan pasangan kita. 

Bisa saja terjadi pasangan wanita tidak pernah melakukan hubungan seksual sebelum-sebelumnya tapi ketika pertama kali melakukan hubungan suami istri tidak tidak mengeluarkan darah. Padahal mengeluarkan darah atau tidak bisa saja terjadi karena hal lain.

Hal-hal yang Perlu Menjadi Perhatian dalam Membicarakan HUB

Dalam membicarakan masalah seks sebelum pernikahan dilangsungkan tentu bukan masalah praktek intim itu sendiri. tetapi lebih kepada prinsip-prinsip yang berhubungan dengan hubungan seksual. Berikut ini topik-topik penting untuk disinggung sebelum pernikahan terjadi.

A. Kepera*anan

Walaupun hal ini berhubungan dengan pasangan wanita yaitu masalah kepera*anan. Hal penting membicarakan bagian keperawanan ini adalah kejujuran. Karena bisa saja ketika berhubungan dengan keperawanan maka ini berhubungan dengan masa lalu. Keperawanan hanyalah sebuah indikasi, apakah seorang wanita pernah melakukannya sebelumnya atau tidak sama sekali. Bila pernah, jujur kata kunci terbaik untuk saling terbuka. 

Karena ketika membicarakan masalah pernah berhubungan dengan orang lain sebelumnya bisa juga menjelaskan siapa orang yang pernah melakukannya. Tetapi juga pertanyaan yang sama bisa diajukan kepada calon mempelai laki-laki, apakah pernah melakukan hubungan HUB sebelumnya.

B. Pandangan Tentang HUB

Membicarakan mengenai seks sebelum menikah bukan berbicara teknis mengenai HUB itu sendiri, tapi bagaimana pandangan masing-masing mengenai HUB itu sendiri. Karena tentu masing-masing pihak memiliki cara pikir mengenai HUB yang dipengaruhi oleh banyak faktor. Misalnya faktor agama. Diskusikan bahwa HUB memang kebutuhan bersama bukan kebutuhan satu pihak.

Karena kebutuhan dua pihak tentu masing-masing saling membutuhkan dan tidak ada dominasi di dalamnya. Dominasi seks terhadap pasangan akan membuat penderitaan bagi pihak yang 'kalah'. HUB merupakan kebutuhan yang saling menyenangkan dan saling membahagiakan, bukan hanya untuk pelampiasan satu pihak. Karena prinsipnya saling membutuhkan maka perlu kesepakatan bersama dalam urusan ranjang ini.

Masalahnya urusan keluarga bukan hanya urusan hubungan intim, tapi urusan keluarga banyak macamnya. Seperti pekerjaan, dan urusan-urusan lain yang bisa menyita tenaga dan waktu. Bila pasangan sedang capek maka tentu hal tersebut perlu didiskusikan untuk mencari waktu lain dan seterusnya.

C. Membicarakan Keturunan

Pasangan yang akan menikah perlu mendiskusikan kapan akan mempunyai anak dan kapan menundanya. Cepat atau menunda mempunya anak tentu berhubungan dengan banyak faktor, seperti belum siap secara finansial yang berhubungan dengan tempat tinggal, atau karena masih menata hidup berkenaan dengan pekerjaan dan seterusnya.

Tentu saja penundaan atau malah cepat-cepat memiliki anak ini tentu berhubungan juga dengan HUB di ranjang. Bila segera ingin punya momongan tentu saja HUB bisa dilakukan tanpa perlu adanya usaha pencegahan. Berbeda bila ingin menundanya, maka hal ini berhubungan dengan kontrasepsi yang ingin digunakan.

D. Memilih Kontrasepsi

Menentukan kontrasepsi juga perlu mendapat perhatian karena berhubungan dengan nyaman dan tidak nyaman, berhubungan dengan cocok atau tidak cocok dan seterusnya. Prinsipnya pembicaraan mengenai pencegahan kehamilan ini harus didiskusikan dengan matang. Pokok pembicaraan se*snya di mana ketika berbicara mengenai kontrasepsi ini? Mendiskusikan dengan komunikasi yang baik setiap keputusan yang akan diambil mengenai pilihan kontrasepsi.

Sebenarnya berbicara masalah kontrasepsi tentu perlu diketahui oleh kedua pasangan untuk memilih yang cocok. "Bukan enak di dia tidak enak di saya." Ternyata pembicaraan mengenai seks itu sendiri sangat luas dan perlu mendapat perhatian calon pasangan supaya bisa melewati semua masalah keluarga khususnya masalah HUB ini dengan baik.

0 comments