Sampai Kapan Perlu Mempertahankan Ketersinggungan

Tersinggung, hem, tema ini seperti tidak menarik untuk diangkat karena ini menyangkut diri kita kebanyakan manusia ini. Ini masalah kita semua. Atau supaya saya tidak mengenalisir, banyak di antara kita pernah mengalami ketersinggungan. Termasuk suami istri mengalami ketersinggungan oleh ucapan, tindakan pasangan. Tapi ngomong-ngomong sampai kapan kita perlu mempertahankan ketersinggungan?

Bisa jadi kita tersinggung hanya gara-gara ucapan seseorang yang bisa jadi sebenarnya tidak ditujukan kepada kita, tapi kita mengidentifikasi ucapan itu seolah-olah ditujukan kepada kita. Tapi bisa jadi juga kita merasa tersinggung karena kita merasa kehilangan harga diri oleh perlakuan pihak lain dan terkadang juga dalam sebuah hubungan termasuk suami dan istri tersinggung bisa jadi muncul. Tersinggung juga terjadi karena merasa kita tidak diperlakukan dengan semestinya. Dan sederet pemicu mengenai tersinggung dan tentu saja ketika kita merasa tersinggung kita mulai tidak nyaman dengan perasaan diri kita tapi juga merasa tidak nyaman dengan penyebab kita jadi tersinggung tersebut.

Apakah saya pernah tersinggung? Tidak perlu ditanya. Beberapa kali mengalaminya. Tapi kalau ditanya lagi, sebenarnya apa yang menyebabkan saya tersinggung? Saya ingin menjawab lebih umum. Banyak hal tergantung dari konteks apa yang menjadi penyebab ketersinggungan tersebut. Dulu orang tua kita sering mengingatkan, “Kalau bergurau jangan keterlaluan, nanti malah jadi bertengkar. Nanti ada yang tersinggung.” Petuah tersebut tentu jadi pengingat supaya kita tidak menimbulkan ketersinggungan dengan tetap berhati-hati dalam berinteraksi supaya tidak menimbulkan ketersinggungan bagi pihak lain.

Celakanya perasaan tersinggung itu sendiri terkadang seperti hantu. Tersinggung itu kan datangnya sering tidak direncanakan. Artinya datang tiba-tiba, kita tersinggung, oleh kata-kata yang masuk ke telinga kita tapi juga ternyata masuk juga ke perasaan kita. Kalau kita mencari contoh berbagai peristiwa yang muncul dalam masyarakat, betapa banyak orang melakukan tindakan yang berlebihan oleh karena ketersinggungan tadi. Lihat saja betapa banyak kasus-kasus, kekerasan, atau malah pertengkaran karena tersinggung dan kejadiannya datang dengan tiba-tiba. Termasuk yang muncul di dalam keluarga. Karena memang sering kali tersinggung itu datangnya benar-benar muncul dadakan.

Kalau sedikit diurai, dalam ketersinggungan bisa saja ada salah presepsi, ada penafsiran, ada kesimpulan yang kesemuanya memang bisa saja benar atau keliru. Kawan saya pernah merasa tersinggung oleh temannya karena mengatakan, “kayaknya kamu lagi stress dengan tugas ya?” Kata stress itulah yang menjadikan dia tersinggung dan menghardik temannya dengan marah. Baginya kata stress dia hubungkan dengan orang yang kehilangan akal dan seterusnya. Padahal kata stress bisa saja itu kata yang umum sebagai sebuah tekanan.

Kalau ketersinggungan itu sering tiba-tiba maka ada baiknya kita belajar untuk pintar-pintar mengunyah setiap kata dan tindakan orang lain supaya kita punya waktu untuk mencoba mengelohnya dengan baik. Kalau merasa tersinggung dengan pasangan karena kita mendengar diksi yang dianggap menyakitkan, cobalah untuk belajar mengunyah setiap kata yang kita dengar dan yang membuat kita tersinggung. 

Oklah, bila awalnya hati kita menjadi tiba-tiba panas. Tapi cobalah ditahan panas hati itu dan berusaha untuk berpikir sejenak. Kisah Kain ketika hatinya panas Tuhan ingin meredam dengan sebuah pertanyaan tentang situasi dan kondisi hati Kain, “Mengapa hatimu panas dan mukamu muram?” (Kejadian 4:6). Pertanyaan Tuhan ini menjadi penting karena dengan pertanyaan itulah seharusnya ada kesadaran Kain mengenai kondisi dirinya. Kain memiliki waktu untuk menanyakan, “mengapa hatiku panas dan berakibat wajahku muram?” Bahkan Tuhan ingin membalikkan suasana hati dari yang negatif menjadi positif dengan mengatakan, “Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik. Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya?” (Kejadian 4:7).

Kalah dengan perasaan tersinggung akan menjadikan kita dikuasai oleh perasaan tersinggung dengan turunannya yaitu marah dan kehilangan kendali. Dan Kain sudah membuktikan bagaimana ketika ketersinggungan dibiarkan menguasai dan bahkan menjadi kalah dengan perasaan tersinggung itu, akibatnya sangat fatal. Kain menghabisi adiknya.
Jadi, bila rasa tersinggung itu datang, berusahalah untuk tenang, usahakan jangan mengambil langkah cepat yang bersifat negatif. Berikan waktu kepada diri sendiri untuk berusaha mengurai dengan benar dan berusahalah untuk berpikir positif! Semoga.

0 comments