Apakah Status Media Sosial Kita Menjadi Alat Komunikasi Kita?


Pernahkah Anda mngecek status di media sosial kita? Karena bisa jadi isinya sesuatu yang seharusnya dikendalikan tapi kita ungkapkan. Bisa jadi kita gunakan untuk menyatakan sesuatu yang tidak bisa kita ungkapkan dalam kehidupan nyata. Orang bisa saja ingin mengatakan kepada seseorang entah itu rekan kerja, pimpinan kita, atau bawahan kita atau bahkan suami atau istri kita. Tak tersampaikan, tapi justru kita ungkap di sosial media.

Kita tidak mampu untuk menyatakan secara langsung kepada orang yang dimaksud. Seorang istri bisa jadi menulis di statusnya, "Aku apa dianggap patung. " Mengapa status itu ditulis? Karena sang istri tidak bisa mengutarakan perasaannya kepada suaminya bahwa dirinya kurang mendapat perhatian dari sang suami. Padahal dia ingin mengatakan kepada suaminya, tolong dong, kalau di rumah mbok jangan kerja melulu, tapi perhatikan keluarga, perhatikan istri. Perhatikan dan dengar pengalaman aku sebagai istri. Bagaimana aku memasak, bagaimana ketika hari ini aku mengalami ini dan itu. Tapi itu tidak bjsa terungkap sehingga perasaan itu hanya terungkap melalui media sosial kita. Padahal kita hanya ingin menyampaikan kepada suami kita, tapi seluruh dunia mengerti perasaan kita.

Tahukah Anda bahwa ketika kita menyampaikan pesan melalui media sosial kita, maka bisa saja tanggapan orang lain berbeda dengan apa yang kita maksud. Bisa saja orang menganggap, wah, sedang ada masalah dengan siapa? Dan kalau kita tarik lebih jauh, maka hal ini bisa menimbulkan gunjingan bagi orang lain.

Sebenarnya ketika kita ingin menyampaikan sesuatu kepada orang lain banyak ragam media yang bisa digunakan. Penggunaan media media menjadi salah satunya, dan inipun jika tidak tepat juga bisa mendatangkan persoalan yang lebih besar dari masalah yang kita hadapi. Apa yang dimaksud dengan media tersebut? Cara mudah mengerti arti media itu begini, kalau seseorang ingin menegur orang lain, seseorang bisa menggunakan media, ucapan yang baik, tapi juga dalam bentuk teriakan, bentakan, mata melotot, bahkan fisik. Ada anak yang ketika melihat sorot mata ayahnya yang tajam sudah mengerti kalau ayahnya itu marah besar. Tapi ada anak yang membutuhkan media suara teriakan baru sadar bahwa dirinya salah.

Tidak semua orang bisa mengerti apa maksud dan keinginan kita. Bisa jadi komunikasi yang kita berlakukan di rumah pasti tidak bisa diterapkan di tempat lain, seperti di kantor, di gereja atau di manapun. Karena orang lain juga punya pola komunikasi yang berbeda. Makanya sering kita mendengar orang berkata, mungkin dia sedang membawa masalah dari rumahnya di sini.

Kenyaannya adalah seringkali kita menggunakan komunikasi yang menimbulkan seribu tafsir bagi orang lain ketika kita menyampaikan sebuah pesan. Konflik sering terjadi bukan karena masalah-masalah besar, tapi terkadang persoalan muncul hanya masalah-masalah sepele. 

Terkadang kita tidak bisa menyampaikan apa yang ada dalam pikiran kita, sehingga kita mencari cara bagaimana orang lain bisa mengerti apa yang kita inginkan. Caranya bisa saja dengan menyampaikan pesan melalui persamaan, atau kata-kata yang isinya menyerempet dengan tema yang ingin kita sampaikan. Tapi bukan dengan kata-kata yang jelas dan gamblang. Padahal setiap pesan yang kita sampaikan dengan cara tidak jelas akan mendapatkan respons yang juga berakibat tidak baik. Karena akibatnya orang lain bisa salah tafsir dengan apa yang kita ungkapkan. Tapi pesan yang jelas dan gamblang akan mendapatkan tanggapan yang bisa mengurangi salah sangka.

Sebenarnya banyak bagian-bagian firman Tuhan yang mengingatkan kita untuk berkomunikasi dengan baik. Dalam Kolose 4:6 misalnya, dinyatakan, “Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar, sehingga kamu tahu, bagaimana kamu harus memberi jawab kepada setiap orang. Atau juga bagaimana kita diminta dalam bersikap sebagai salah satu media komunikasi kita menggunakan manusia baru seperti yang terungkap di Efesus 4:17-32.

Ap itu manusia baru. Kalau hubungannya dengan cara kita komunikasi dalam hal ini perkataan, maka buanglah dusta, berkatalah benar, jika marah jangan berbuat dosa, pergunakanlah perkataan baik untuk membangun.

Komunikasi yang baik akan menghasilkan hubungan yang baik juga. Komunikasi yang buruk akan menciptakan hubungan yang buruk juga. Ciptakan hubungan yang baik supaya kita memiliki hubungan yang harmonis dengan siapapun.

0 comments