Bosan dengan Hidup Ini?


Pada dasarnya bosan bored itu manusiawi dan bisa hinggap kepada setiap orang. Obyek kebosanan beragam. Bosa dengan pekerjaan, bosan dengan rutinitas, bosan dengan keadaan dan seterusnya. Bosan dalam bahasa Inggris bored.

Lihat saja bagaimana ibu-ibu terkadang pusing memikirkan bagaimana membuat masakan setiap hari supaya tidak membosankan. Kalau yang bersifat harian mungkin tidak menjadi masalah, tapi bila menyangkut hal-hal yang besar, maka perlu mendapat perhatian serius.

"Tuhan saya bosan dengan hidup ini." Sebagai manusia biasa, memang manusiawi bila kita merasa bosan. Tetapi kata-kata tersebut adalah kat-kata yang ceroboh yang kita ucapkan kepada Tuhan. Kita semua pasti pernah merasakan kejenuhan akan segala sesuatu yang ada. Apakah itu pekerjaan di kantor,  pekerjaan sebagai ibu rumah tangga,  mengurus anak , dan sebagainya. Kejenuhan adalah kelelahan emosi yang berakar dari rutinitas hidup yang selalu sama setiap harinya. 

Bila seorang wanita mengatakan, bahwa ia bosan dengan nasibnya, bukan berarti ia tidak mengasihi keluarganya, namun mungkin ia lelah dengan rutinitas mengurus anak-anak dan melihat piring-piring kotor dan baju-baju kotor  yang sama setiap hari.

BACA JUGA:

Aku ini Tak Sempurna, Jadi Toleran Sedikit

Menciptakan Keluarga Kompak

Daya Rusak Egois dalam Hubungan

Bosan adalah suatu kata yang kerap dilontarkan oleh mereka yang terjebak dalam rutinitas sehari-hari. Bila rasa bosan menyerang kita, akibatnya gairah hidup dan gairah kerja jadi menurun, sulit konsentrasi, mendadak pelupa, sering ngantuk dan jadi lebih sensitif.

Rasa bosan dapat dialami karena beberapa hal misalnya pekerjaan yang sama setiap hari, beban kerja yang menumpuk bagi mereka yang bekerja di luar rumah, sering mengalami kegagalan atau kesalahan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan, kurang istirahat atau refreshing. Bila  perasaan jenuh atau bosan tidak diselesaikan dengan benar maka kejenuhan itu dapat memicu depresi, pesimis, hilangnya semangat. Kejenuhan juga menimbulkan masalah kerohanian. 

Banyak wanita Kristen yang menyalahkan Tuhan atas kebosanan yang mereka alami. Sebagian beranggapan kejenuhan adalah salib yang dibebankan Tuhan , sehingga mereka harus bersabar dalam penderitaan hidup yang membosankan. Akhirnya , kita mengambil solusi dengan melarikan diri dari rutinitas misalnya berlibur, pindah pekerjaan, atau  berusaha untuk hidup mewah . Tetapi ketika solusi itu dilakukan dan sampai pada suatu titik kejenuhan akan terulang kembali.

Kehidupan manusia paling tidak dapat digambarkan dalam dua musim yang mewakili masa-masa indah dan tenang dengan masa-masa sulit dalam hidup ini. Musim semi dapat diibaratkan sebagai masa dimana segala sesuatu dalam hidup kita berjalan lancar dan menyenangkan. 

Relasi dalam keluarga kelihatan baik dan harmonis, pekerjaan atau pelayanan pun berjalan dengan sangat baik. Tentu semua orang menginginkan siatuasi seperti ini dalam hidupnya, namun ternyata tidak seterusnya dalam hidup ini hanya musim semi yang indah saja.

BACA JUGA:

Ranjang Bisa Menimbulkan Persoalan Besar

Cara-cara Menyelesaikan Konflik Keluarga

Dicari Wanita Unggul

Selalu saja ada musim gugur, dimana hidup tampak begitu sulit dijalani, muncul masalah-masalah dan konflik dalam relasi keluarga, muncul masalah dalam pekerjaan atau pada hal-hal yang lain. Ketika saat-saat seperti ini tentu tidaklah menyenangkan bahkan kalau bisa setiap orang ingin menghindarinya

Jika kita diam sejenak dan merenungkan solusi yang Tuhan Allah tawarkan jauh lebih tepat daripada kita terus menerus berlari menghindar dari kejenuhan. Ada beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk mengatasi rasa jenuh sesuai dengan firman Tuhan:

Menyadari bahwa kejenuhan tidak termasuk dalam rencana Allah. “………,Aku datang supaya mereka mempunyai hidup dan mempunyainya dalam kelimpahan (Yoh 10 : 10). Pada saat kita percaya kepada Kristus. Allah akan memberi pemikiran baru,  bahwa tujuan Allah dalam karya keselamatan adalah memberikan hidup yang penuh arti. 

Menyadari bahwa di manapun kita ditempatkan adalah kehendak Allah sehingga bila dihadapkan  pada pekerjaan di tempat kita berada , sobat wanita hendaknya melakukannya dengan tujuan seperti buat Tuhan. untuk “Apapun yang kau perbuat, perbuatlah dengan segenap hati seperti  Tuhan”…… (Kolose 3 : 23) Seorang wanita ( ibu rumah tangga) di tempatkan Tuhan dalam keluarga adalah rencana Tuhan untuk mengurus keturunan keluarga ilahi dan memberkati mereka. Misalnya saat akan mencuci  setumpuk piring kotor , kita harus berpikir akan mencuci piring untuk Tuhan, itu akan memberikan pandangan baru pada pekerjaan yang membosankan. 

Memiliki suasana hati yang gembira dalam bekerja itu sangatlah penting. Selain kinerja kita bisa menjadi lebih baik dan maksimal, itu juga akan membuat kita jauh dari berbagai tekanan psikis, stress atau hal-hal lainnya yang bisa mengganggu kesehatan atau bahkan mengganggu orang-orang yang ada di dekat kita. "Aku melihat bahwa tidak ada yang lebih baik bagi manusia dari pada bergembira dalam pekerjaannya, sebab itu adalah bahagiannya. Karena siapa akan memperlihatkan kepadanya apa yang akan terjadi sesudah dia?" (Pengkotbah 3:22). 

Begitu pentingnya hal ini sampai-sampai dikatakan bahwa tidak ada yang lebih baik ketimbang bergembira dalam pekerjaan kita.  Sebab jika kita tidak berbahagia dengan pekerjaan, apa yang bisa kita dapatkan? Berkeluh kesah sepanjang hari? Mengasihani diri berlebihan? Emosi? 

Adakah itu membawa manfaat atau malah membuat etos kerja kita menurun, mengganggu atau mengecewakan orang lain bahkan mendatangkan penyakit bagi diri kita sendiri? Amsal mengatakan "Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang."(Amsal 17:22). Bekerja dengan hati yang lapang, hati yang gembira, itu adalah obat yang manjur dan menjaga kita agar tetap memiliki semangat untuk memberi hasil terbaik atas segala sesuatu yang kita lakukan.

Mari kita berhenti menjadi orang yang sulit atau bahkan tidak tahu berterima kasih, dan gantilah itu dengan sebentuk hati yang dipenuhi ucapan syukur. Itulah yang akan mampu membuat kita untuk tetap bersukacita tanpa terpengaruh kepada keadaan yang tengah terjadi saat ini. Ucapkanlah syukur senantiasa dan bergembira dengan pekerjaan dan aktivitas yang kita miliki.

BACA JUGA:

Aku ini Tak Sempurna, Jadi Toleran Sedikit

Menciptakan Keluarga Kompak

Daya Rusak Egois dalam Hubungan

Artikel ditulis oleh Monika Oedjoe untuk program Radio Wanita untuk Wanita

0 comments