Baiknya Wanita Jadi Pemain atau Penonton?


Setiap kali menonton suatu pertandingan, kita pasti akan melihat dua sisi. Di satu sisi ada pemain yang berusaha mati-matian untuk memenangkan pertandingan. Di sisi lain kita melihat supporter atau penonton yang akan mensuport tim atau pemain favoritnya, termasuk kita yang menonton melalui layar televisi. Apa bedanya penonton dan pemain? 

Penonton hanyalah penikmat dari sebuah pertandingan sedangkan pemain adalah orang yang aktif dalam sebuah pertandingan. Kita bersorak ketika pemain favorit kita menang, memprotes keputusan wasit yang memimpin pertandingan, atau mencela para pemain yang bermain buruk. Kita bahkan sering menjadi komentator yang seolah lebih baik daripada pelatih. 

Kebanyakan para wanitalah yang pada umumnya lebih sering menjadi penonton daripada pemain. Kaum wanita umumnya lebih pandai dalam mengkritik dan memberikan komentar-komentar.

Sejujurnya kita lebih suka jadi penonton daripada jadi pemain. Untuk menjadi pemain kita harus bersusah payah dan pengorbanan kita besar, sementara untuk jadi penonton kita tidak perlu repot-repot. Jadi pemain harus siap dikritik, dicela atau bahkan diejek habis-habisan sementara jika menjadi penonton kita malah bisa mengkritik, mencela ataupun mengejek.

BACA JUGA:

Hukum Wanita Bekerja atau Menjadi Ibu Rumah Tangga?

Siapa Wanita Tercantik di Dunia?

Bagaimana Penampilanku Saat Ini?

Gosip Hari Ini Apa Ya?

Dalam kehidupan kerohanian kita, pada dasarnya sama dengan sebuah pertandingan ataupun pertunjukan. Siapakah kita sebenarnya? Apakah kita berada di posisi pemain atau masih sebagai penonton? Pada kenyataannya lebih banyak orang Kristen yang puas dengan hanya berada di bangku penonton ketimbang aktif secara langsung dalam melakukan pekerjaan Tuhan, atau bertindak sebagai pemain. 

Kebanyakan hanya lebih suka berpangku tangan, hanya menerima berkat untuk diri sendiri dan tidak mau terjun langsung untuk menjadi agen-agen Tuhan di dunia ini. Melayani Tuhan? Itu tugas pendeta ataupun majelis-majelis gereja saja. Urusan duniawi cenderung lebih menggiurkand aripada menerima panggilan sebagai pelayan Tuhan yang dianggap menyita waktu dan tidak menguntungkan secara materi.

Sesungguhnya tidak sedikit orang Kristen yang hanya puas sebagai penonton. Jangankan terlibat dalam pelayanan, keberadaanya di gereja saja hanya sebagai simpatisan, menjadi jemaat yang pasif. Namun ketika mereka berada dalam masalah dan mengalami hal yang tidak mengenakkan, akan langsung melontarkan komentar-komentar pedas, menghakimi orang lain, melontarkan kritikan kepada sesama atau bahkan kepada hamba Tuhan. 

Tidak sedikit dari kita yang memilih duduk dengan mulut yang siap meluncurkan kritikan pada siapa saja. Mengkritik pemimpin pujian, pemain musik yang tidak kompak, tempat duduk, udara yang panas, sampai khotbah yang terlalu panjang dan membuat ngantuk pun tidak luput dari kritikan. Kebanyakan sih memang kaum wanita atau ibu-ibu yang lebih sering mengkritik. Itulah penonton.

Sebagai anak Tuhan, kita diberi kuasa agar kita mampu berperan langsung menjadi saksi Kristus baik di lingkungan kita bahkan bisa meningkat ke seluruh penjuru dunia jika memang rencana Tuhan. Semua ini jelas menyatakan bahwa tidak satupun dari kita yang dipanggil hanya untuk berpuas diri sebagai penonton saja.

BACA JUGA:

Berbedaan Menyerah dan Berserah

Jangan Buru-buru Termasuk untuk Soal Ini

Bagaimana Menentukan Hari Baik

Kita semua dituntut untuk menjadi pemain-pemain yang siap berbuat yang terbaik sesuai dengan talenta dan panggilan kita masing-masing untuk melayani Tuhan. Terlebih kita sebagai seorang wanita, sebagai seorang istri dan ibu, pelayanan bisa kita mulai dari lingkungan terkecil kita yaitu keluarga. Memberikan contoh dan dorongan bagi keluarga kita untuk mulai berperan menjadi pemain dalam kerajaan Allah.

Seharusnya kita semua orang percaya dipanggil untuk menjadi pemain bukan penonton. Jangan pernah mengatakan bahwa kita tidak memiliki talenta karena talenta yang Tuhan berikan satu sama lain memang berbeda, tapi yang jelas setiap orang dipercayakan sejumlah talenta. Setelah kita merasakan menjadi pemain maka kita akan lebih menghargai setiap pelayan-pelayan Tuhan karena kita tahu bahwa menjadi pemain jauh lebih sulit daripada jadi penonton. 

Menjadi tanggung jawab kita semua untuk menyatakan kehadiran Yesus  kepada dunia melalui pikiran, perkataan dan perbuatan kita. Jangan tungu hari esok, jika hari ini ada kesempatan mengapa tidak? Seperti dalam Roma 12:11 yang mengatakan “Biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan.”

Marilah kita menjadi terang yang bercahaya dalam kehidupan kita. Matius 9:16 mengatakan “Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di sepan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.” Anak-anak Tuhan hendaklah bertindak sebagai pemain-pemain andalan Tuhan secara langsung dan tidak hanya berhenti sebagai penonton, apalagi hanya sibuk mengomentari, memprotes, mencela tanpa mau berbuat sesuatu yang nyata. Siapkanlah diri kita menjadi pemain-pemain tangguh untuk memberitakan betapa besar dan mulia perbuatan Allah bagi kita.

Mari kita sebagai bagian dari tubuh Kristus mengambil peran kita masing-masing dan berfungsi seperti anggota tubuh yang hidup sesuai dengan karunia yang kita miliki. Melayani tidak harus sebagai pengkotbah, singer, pemimpin pujian, ataupun pemain musik. 

Kita bisa saling mendoakan, memperhatikan, melayani, membimbing, mengajar ataupun bersaksi. Apapun itu bila kita melakukan semuanya untuk Tuhan dengan segenap hati kita, maka kita telah menjadi pemain-pemain dalam kerajaan Allah.

Artikel ditulis oleh Monika Oedjoe untuk program Radio Wanita untuk Wanita

0 comments