Menjaga Komitmen Persatuan di Tengah Keberagaman

 


Hubungan antara persatuan dan keberagaman tidak mungkin dipisahkan. Persatuan akan menentukan kemajuan di tengah perbedaan yang ada. Ketika hilang persatuan maka ancaman perpecahan akan muncul. Sehingga muncul kami dan bukan kita.

Persatuan dalam keberagaam dalam banyak konteks sangat dibutuhkan. Ancaman perpecahan bisa datang ketika konflik karena perbedaan tidak segera diselesaikan. Jangan membayangkan konflik yang muncul akan seperti pertengkaran anak-anak yang ketika mengalami konflik, tidak lama mereka akan secepat kilat akan bersatu lagi.

Jika kita melihat anak-anak, salah satu ciri anak-anak ialah, ia gampang melupakan kesalahan temannya. Bukankah kita sering melihat ada anak yang bermusuhan atau bertengkar dengan temannya, lalu lima menit kemudian mereka terlihat akrab kembali? Ya, mereka melanjutkan permainan sambil tertawa ceria, seakan tidak pernah terjadi apa-apa sebelumnya. Sama juga seperti anak-anak saya. Sebentar mereka bertengkar, sebentar lagi sudah bermain dan nonton tv bersama. Baik sekali ya sahabat wanita, jika kita-kita yang dewasa ini bisa seperti anak-anak, bukan dalam hal bertengkar, tapi dalam hal kebersamaan dan tidak menyimpan dendam atau kemarahan.

Manusia memiliki bermacam-macam warna kulit, jenis rambut, warna biji mata, dan berbagai bentuk dan ukuran fisik lain. Pada masa kini, tanpa harus pergi jauh-jauh ke luar negeri, kita dapat menemukan dengan mudah betapa bervariasi atau beragamnya kondisi fisik manusia itu. Namun bukan hanya fisik, akal budi dan lingkungan yang didiami manusia, mendorong manusia mengembangkan juga beragam atau berbagai kebudayaan termasuk bahasa, ilmu pengetahuan, ketrampilan dan profesi dan juga agama. Itu adalah kenyataan hidup kita. 

Kita memang berbeda, diciptakan berbeda, bahkan anak kembar sekalipun yang kondisi fisiknya hampir sama persis tetap memiliki sifat yang berbeda. Jadi bukan sesuatu yang aneh jika manusia juga selalu memiliki pendapat yang berbeda-beda. Nah sekarang permasalahannya adalah, apakah dengan perbedaan-perbedaan tersebut kita bisa tetap rukun, bersatu, menjunjung tinggi kebersamaan dan toleransi dan jauh dari pertengkaran ataupun perpecahan?

Sahabat wanita, Tuhan menciptakan kita manusia sebagai pribadi dan berakal budi. Berbeda dengan hewan atau tumbuhan kita manusia memiliki kemampuan berpikir, mengekspresikan dan mengaktualisasi diri, menyatakan pendapat dan sikap yang berbeda dengan orang lain. Sejak dulu manusia bisa berbeda pendapat atau sikap dan itu bukan sesuatu hal yang aneh. 

Dan kita sekarang juga sering berbeda pendapat tentang satu atau banyak hal. Apalagi kita yang hidup di suatu masyarakat yang sangat majemuk seperti Indonesia. Seberapa jauh kita bisa meminimalkan perbedaan dan mengedepankan kebersamaan? Ini sebuah pertanyaan yang mudah untuk diucapkan tetapi sulit untuk dilakukan atau direalisasikan. Pada kenyataannya orang cenderung lebih memilih untuk memperbesar jurang perbedaan ketimbang mencari kesamaan, dan seringkali perbedaan inilah yang menghambat kita untuk bisa berbuat banyak untuk orang lain.

Menghadapi hari-hari yang semakin sukar ini, seharusnya kita lebih menekankan kebersamaan, membangun hubungan kekeluargaan dan persaudaraan erat dengan saudara-saudari kita lainnya. Sebagai anak-anak Tuhan sebenarnya kita tahu jelas apa yang Tuhan inginkan. Kita harus berhenti menjadi pribadi yang eksklusif. 

Persatuan sebaiknya kita mulai dari diri kita sendiri, keluarga kita, orang-orang di sekeliling kita terlebih dahulu, saudara-saudari kita seiman misalnya. Bagaimana kita mau menjadi berkat jika di antara kita sendiri saja sudah saling menyalahkan? Bagaimana kita bisa bermimpi untuk hidup di dunia yang penuh sukacita dan kedamaian kalau diantara kita saja masih ribut soal hal-hal yang sebenarnya sepele?  

Bukannya mencari titik persamaan tapi malah semakin sibuk menggali jurang perbedaan. Bukannya semakin dekat, tapi malah semakin jauh. Jangan mimpi dulu untuk bisa menjadi saluran berkat dan cerminan kasih Kristus jika kepada saudara seiman saja kita tidak mampu mengaplikasikannya. Bahkan sekarang perbedaan paham saja sudah cukup menjadi alasan untuk menghilangkan nyawa seseorang, melukai dan membawa kerugian besar bagi orang lain. Akan sulit sekali untuk berharap masa depan bangsa yang lebih baik kalau diantara umat Tuhan sendiri saja perpecahan atau perceraian masih terus terjadi. 

Bagaimana kita bisa menjadi berkat dan membawa angin perubahan kalau kita sendiri saja masih tidak beres? Kalau untuk bersatu dalam pekerjaan, pelayanan atau kehidupan dalam skala kemasyarakatan yang menyangkut banyak orang masih terasa sulit, bagaimana dengan sel terkecil yaitu keluarga? Apakah kita sudah rajin berdoa bersama-sama dengan keluarga? Bagi yang sudah berumah tangga, sudahkah ada kesepakatan di antara suami dan istri? Saling dukung, saling bantu, saling menguatkan, berjalan beriringan dalam menjalani kehidupan berumah-tangga, bersama-sama bersatu dalam doa dan terus berproses bersama untuk semakin dekat pada Tuhan. Apakah itu sudah kita lakukan atau kita masih berjalan sendiri-sendiri atau jangan-jangan tengah memikirkan perceraian dengan seribu satu macam alasan?

Apa yang bisa didapat dari perpecahan? Tidak ada, sama sekali tidak ada gunanya, hanya membuang-buang waktu dan energi, hanya merugikan diri sendiri dan orang lain. Sebaliknya, sadarkah kita akan kuatnya sebuah persatuan? 

Kita harus terus melatih diri untuk tidak membiarkan kebiasaan bercerai atau terpecah terus bertumbuh dalam diri kita. Kita harus terus belajar untuk mengalahkan ego dan melihat kepentingan yang lebih besar, terutama hal-hal esensial yang menjadi kebenaran firman Tuhan. 

Dalam konteks sebagai orang Kristen juga memiliki persoalan sendiri dalam soal persatuan dan keberagaman ini. Kita mengenal sebagai tubuh Kristus. Tapi namanya tubuh juga penuh dengan keberagaman. Biarlah kita selalu menjadi bagian tubuh Kristus yang saling melekat, tersambung dan melengkapi satu sama lain, dengan Kristus sebagai kepala. 

Bayangkan, apabila ada manusia yang bagian tubuhnya terpisah-pisah tidak saling melekat satu sama lain, bukankah itu mengerikan? Maka tetap junjung tinggi persatuan dan hindari perpecahan. Itu dulu, baru kita bisa berharap banyak pada kelangsungan bangsa yang kita cintai ini di masa mendatang. Bukan cuma ngomong karena itu tidak akan ada gunanya. 

Kita harus bisa menjadi teladan yang menunjukkan terang, bukan sebaliknya malah ikut-ikutan jadi bagian dari gelap. Semoga kita bisa menjadi umat Tuhan yang terus lebih baik dalam menjalankan bagian kita menggenapi kehendak Tuhan, menyatakan Kristus secara benar dimana kita ada hari ini. Anak-anak saja bisa untuk tidak menyimpan dendam dan kemarahan, tidak membeda-bedakan dalam bermain. Belalang saja yang tidak punya raja bisa kompak dalam persatuan, berbaris teratur untuk mencapai satu tujuan bersama.

Di atas segala perbedaan pasti ada kesamaan. Setidaknya sama-sama beriman kepada Kristus, itu sebuah kesaman yang bisa dijadikan dasar untuk membangun persatuan. Kita selalu bisa mulai dari sana. Kita diajarkan untuk saling mengasihi, seperti halnya Tuhan mengasihi kita. Kita bisa belajar mengamalkannya dari yang kecil, keluarga kita dan diantara sesama jemaat Kristus.

Sampai kapan pun perbedaan pendapat di kalangan kita tetap ada. Kita tidak perlu capek-capek berusaha menghilangkan keragaman itu dan juga tidak perlu takut atau alergi kepada perbedaan pendapat. Mari kita menerima perbedaan pendapat sebagai anugerah Tuhan memperkaya kehidupan kita. Persatuan, kesepakatan, atau kesehatian Kristus memiliki tujuan. Kita diminta bersatu bukan asal bersatu, tetapi supaya kita dapat melaksanakan tugas yang diberikan Kristus kepada kita yaitu mengabarkan kabar sukacita, mewujudkan damai, kasih, dan menjadi berkat bagi sekitar kita.

Artikel ditulis oleh Monika Oedjoe untuk program Radio Wanita untuk Wanita

0 comments