Cara Menghitung Ketidakpastian Masa Depan

Ketidakpastian memang bisa diukur dan diperkirakan. Sehingga muncul antisipasi menghadapi ketidakpastian tersebut. Walaupun dalam kehidupam sehari-hari orang cenderung pasrah.

Ketika artikel ini ditulis notofikasi berita muncul, "Kekhawatiran investor akan kondisi makroekonomi global saat ini masih cenderung besar, sehingga mereka cenderung kembali melepas aset beresiko dan beralih memburu aset safe havens seperti obligasi....." Itu di bidang ekonomi. Bidang-bidang lain juga tak kalah menhentakkan ketidakpastian itu muncul.

Hidup bagi sebagian orang penuh dengan ketidakpastian. Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi nanti, bahkan semenit kemudian pun kita tidak akan pernah tahu. Ada yang sudah berusaha mati- matian tetapi hasil yang diperoleh sangatlah tidak sebanding dengan usaha yang dilakukan. 

Ada yang secara logika sudah pasti bakal sukses, tapi kenyataannya tidaklah demikian. Semua sudah direncanakan sejak jauh hari, tetapi bisa tiba-tiba terjadi sesuatu yang membuat semua rencana menjadi hancur berantakan. Seringkali salahnya bukan faktor dari kita tapi dari luar.

Ketidakpastian menimpa dalam hal apa saja. Dalam pekerjaan, dalam hal pasangan hidup, dalam hal mendapatkan momongan, dalam pelayanan, dalam kehidupan bermasyarakat, dan masih banyak lagi hal-hal yang dapat membuat kita bimbang, merasa tidak ada kepastian. Ada yang mengatakan "Tidak ada yang pasti dalam hidup ini kecuali satu hal, meninggal." Kalau kita melihat bagaimana kondisi dunia  hari ini, sepertinya terasa  benar. Malapetaka, bencana, ancaman dan sebagainya bisa terjadi kapan saja.

Berbagai kejadian memang benar dan adakalanya terjadi. Kita tidak pernah tahu apa yang terjadi esok hari. Tetapi haruskah itu membuat kita hidup dengan ketidakpastian? Haruskah kita ragu dalam melangkah dan kehilangan sukacita? Apakah ketidakpastian harus merampas rasa damai dan bahagia dan menggantikannya dengan rasa gelisah? 

Kita harus ingat…Kita masih memiliki keluarga, pasangan kita, anak-anak kita, orang tua kita, sanak saudara kita yang lain, sahabat-sahabat kita. Apa jadinya kalau kita bimbang, gelisah dan kehilangan sukacita?  Sebagai makhluk yang terbatas, ketidakpastian adalah suatu keniscayaan hidup. Tentu kadarnya berbeda-beda bagi tiap orang, tergantung pada situasi yang sedang dihadapi. Cara-cara orang menyikapinya juga berlainan. Ada yang memilih untuk mengabaikannya, ada yang mencari jaminan semu melalui uang atau kekuasaan, dan ada yang menyerah pada nasib. Tapi satu hal yang harus kita ingat sebagai orang percaya, masih ada Kristus.

Ingatlah bersama Kristus kita akan tahu bahwa meski di dalam kesusahan yang bisa saja hadir esok hari, Dia akan tetap berada disana. Hari esok akan punya kesusahannya sendiri. Kekhawatiran yang mengeruhkan pikiran kita hari ini akan hari esok tidak akan merubah apapun. Tidak ada hasil yang bisa diperoleh dengan kekhawatiran, malah kita akan menambah masalah baru. 

Mau gelisah atau cemas seperti apapun, hari esok akan tetap hadir dengan kesusahannya sendiri. Tapi jika kita mengimani benar bahwa selalu ada Tuhan yang siap menambahkan semuanya dalam situasi demikian, mengapa kita harus khawatir? Hidup kita akan sangat baik jika diisi dengan sebentuk semangat baru dengan harapan baru.

Jangan pernah lupa bahwa ada Tuhan yang selalu berada bersama kita. Dengan mengingat hal ini kita seharusnya bisa menyingkirkan kegelisahan akan hari esok atau masa depan. Iman yang demikian memampukan kita menjalani hidup yang berbuah. Hidup kita tidak dikekang kekhawatiran akan masa depan kita. Masa depan keluarga kita. Hidup kita juga tidak lagi dipenuhi dengan kebutuhan mengurusi diri sendiri dan mencari jaminan semu akan masa depan kita. Sebaliknya, kita bisa mengisi hidup ini untuk menjadi berkat bagi orang lain dan membawa mereka menemukan Tuhan yang memegang hidup kita.

Pada suatu hari siapapun manusianya tentu akan mencapai akhir kehidupannya di dunia. Hal itu memang pasti. Tetapi ingatlah bahwa itu bukanlah kepastian satu-satunya yang akan kita alami. Dalam Kristus ada kepastian bahwa kita akan selamat, masuk ke dalam kehidupan kekal apabila kita percaya dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat. Kita harus menjaga setiap sisi kehidupan kita agar tidak melenceng dari janji keselamatan dan harus menjalani hidup sebagai pelaku-pelaku firman. 

Kalau semua itu kita lakukan, maka keselamatan pun merupakan sebuah kepastian. Meski demikian, dalam perjalannya hidup memang bisa saja terbentur berbagai bentuk masalah. 
Ketidakmampuan kita untuk melihat apa yang akan terjadi di masa depan bisa membuat hidup terlihat 
penuh dengan ketidakpastian. Kita bisa menyikapi itu dengan pesimis, tapi kita pun bisa menghadapinya dengan optimis, jika kita tahu bahwa Tuhan akan selalu ada bersama dengan kita. 

Dengan mengingat hal ini kita seharusnya bisa menyingkirkan kegelisahan akan hari esok atau masa depan. "Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari pada- Nyalah keselamatanku." (Mazmur 62:2). Ayat ini merupakan ayat yang sangat menguatkan dan mampu memberi ketenangan. Betapa sering dan banyaknya manusia yang lupa bahwa ketenangan sejati sesungguhnya berasal dari Allah, bukan dari situasi dan kondisi kita di dunia, bukan dari limpahan uang, status, tingkat pekerjaan dan sebagainya, bukan pula dari orang lain. 

Kondisi boleh tidak pasti atau tidak jelas. Tapi dengan menyadari bahwa kehadiran Tuhan akan selalu ada bersama kita seharusnya mampu membuat kita tetap tenang. Keselamatan kita ada dalam tanganNya, pertolongan atas hal sesulit apapun ada padaNya, jaminan akan hari depan disediakan Tuhan.

Berjalan bersama Tuhan bukanlah berarti bahwa kita akan selalu 100% hidup tanpa masalah. Bagi orang percaya, Alkitab mengajarkan untuk memercayakan hidup kita kepada Tuhan. Sebab Dia bukan hanya Tuhan yang maha kuasa dan maha tahu, tapi juga maha baik dan mengasihi kita. Karena itu, kita bisa beriman penuh kepada-Nya tentang hidup dan masa depan kita tanpa perlu kuatir akan ketidakpastian. 

Karena hanya ada satu kepastian saja di dalam hidup ini, keselamatan dari Dia, Kristus Sang Juru Selamat kita. BANYAK HAL TAK KUPAHAMI DALAM MASA MENJELANG, TAPI T’RANG BAGIKU INI, TANGAN TUHAN YANG PEGANG. -Tuhan yang Pegang, Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. (Amsal 3:5).

Artikel ditulis oleh Monika Oedjoe untuk program Radio Wanita untuk Wanita

0 comments